Minggu, 10 Februari 2013

Dua Lelaki



Lelaki pertama. Saya pertama bertemu dengannya saat harus menginap di sebuah Rumah Sakit. Konon kabarnya saat masih bayi, ia sering sakit-sakitan, selalu tidak ketinggalan demam setiap bulannya. Ternyata dokter memvonis ada gejala femosis pada saluran pipisnya. Solusinya adalah dikhitan, ya kado di tahun pertama dari orang tuanya adalah khitan. Di bawah dua tahun, termasuk anak yang susah sekali makan, melakukan gerakan tutup mulut adalah hal yang biasa pada saat makan. Hingga saat ibunya mulai menyukai kegiatan di dapur mengolah kue dan makanan kudapan lainnya, ternyata nafsu makannya mulai timbul. Hingga sekarang terlihat selalu saja mencari cemilan untuk dimakan, dan mulai berteman akrab dengan nasi dan lauk pauk. Hingga usia tiga tahun, kemampuan verbalnya ternyata tidak secepat anak lainnya, ternyata alasannya adalah kurangnya bergauk dengan anak sebayanya, kini rasanya susah menghentikannya jika sedang semangat berbicara. Perawakannya sedang-sedang saja, tidak kurus dan tidak pula gemuk. Pembawaannya kalem, mungkin mewarisi sifat bapaknya. Tapi yang pasti semua keluarga menyayanginya.

Lelaki kedua. Saya pertama bertemu dengannya saat menginap di rumah seorang sahabat. Sekitar dua tahun setelah itu, ia melamar seorang gadis. Konon kabarnya gadisnya dari pulau seberang, lamaran pun sempat tertunda karena perjalanan terhambat banjir besar Jakarta di tahun 2007. Tahun-tahun pertama pernikahan perbedaan budaya masih cukup menjadi kendala. Baginya istrinya seperti berteriak jika sedang bicara, padahal menurut istrinya yang keturunan Sumatra, nada bicaranya masih dalam tahap biasa. Ia juga selalu berusaha menyempatkan sholat lima waktu di mesjid. Bahkan beberapa kali pulang kantor dengan memakai sendal butut karena sepatu yang baru beberapa bulan dibeli hilang di mesjid saat ia mampir untuk sholat magrib. Perawakannya kurus walaupun memakai baju yang seukuran dengan mertuanya yang gemuk. Pembawaannya kalem dan sabar, mungkin mewarisi sifat bapaknya. Tapi yang pasti ia sangat menyayangi keluarganya.

Lelaki pertama, anak lelaki pertama, Alharits (14 Februari)
Lelaki kedua, suami tercinta, Wahid Khoirul (28 Februari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar