Minggu, 19 September 2010
curhat usai mudik
Alhamdulilah, saat-saat mudik dilewati dengan perasaan campur aduk. Senang, karena saya dan anak-anak bisa bersilaturahim dengan saudara-saudara suami di kampungnya Madiun.Capek, karena harus naek kereta dan saya serta suami harus berbagi masing-masing membawa satu anak dan beberapa tas. Alhamdulilah diberi kenikmatan bisa naek kereta Eksekutif, bukan bisnis apalagi ekonomi (ga kebayang kalo kami harus naik kereta ekonomi,mungkin saya lebih memilih adem ayem di rumah aja daripada harus mudik dengan kondisi begitu). Dan terakhir deg-degan. Kalo perasaan terakhir ini berhubungan dengan penantian akan kepastian kembalinya Mbak yang bantu-bantu di rumah.
Rabu, 12 Mei 2010
Momen hidup mati
Dua hari yang lalu, bude penjual bubur sumsum langganan Mas Ayis menyampaikan berita duka. Ada seorang bayi yang dilahirkan di bidan deket rumah jiwanya tak tertolong. Sebabnya sih, menurut Bude karena bayinya gede dan kelilit tali puser. Aku langsung bergidik, mengingat kembali momen2 hidup matiku melahirkan bayi pertama yang juga ga jauh beda, tetapi Alhamdulilahnya bayiku selamat.
Hari itu tepat jam setengah tujuh pagi, dua hari sebelum Hari Perkiraan Lahir bayiku yang diperkirakan tanggal 15 Februari 2008, setelah sempat jalan kaki selama kurleb 30 menit; hal yang rutin kulakukan sejak 8 bulan kehamilan;a ku merasakan ada darah yag menetes di pakaian dalamku. Benar saja, ternyata ada darah yang bercampur lendir membasahi pakaian dalamku. Perasaan senang dan deg2an langsung kurasakan saat mengetahui bahwa itu pertanda proses melahirkan tak lama lagi akan berlangsung. Seisi rumah pun langsung dibuat heboh, dan dengan pengalaman Yuk Anti kami memutuskan untuk tak langsung ke rumah sakit dan lebih baik menunggu pembukaan yang lebih lanjut. apalagi kontraksi juga belum terasa sangat kencang. Ibu memutuskan untuk tetap mengajar sambil terus mengontrol keadaanku by telpon. Waa rasanya ga sabaran melihat wajah bayi yang telah kukandung slama 9 bulan ini. Berharap pembukaan berjalan cepat, aku terus melakukan gerakan senam yang katanya mempercepat pembukaan. berdiri ...jongkook....berdiri...jongkok. Bosen senam ada ide untuk lebih produktif lagi..apalagi kalo bukan mencuci pakaian sambil jongkok, Tika yang excited mengetahui kalau akan ada adek yang segera lahir juga ikut2an membantu. Pukul setengah 3 siang akhirnya kami(aku, adek dan kakaku) memutuskan untuk mngontrol pembukaan ke praktek bidan yang tak juh dari rumah. Hasilnya baru pembukaan 3, bidan menawarkan untuk tinggal dan menunggu di tempat prakteknya, tetapi karena Askesku ada RS lain, maka kami memutuskan untuk segera ke RS Asia Medika tempat Askes yang akan menggung biaya RS bekerja sama.
Hari itu tepat jam setengah tujuh pagi, dua hari sebelum Hari Perkiraan Lahir bayiku yang diperkirakan tanggal 15 Februari 2008, setelah sempat jalan kaki selama kurleb 30 menit; hal yang rutin kulakukan sejak 8 bulan kehamilan;a ku merasakan ada darah yag menetes di pakaian dalamku. Benar saja, ternyata ada darah yang bercampur lendir membasahi pakaian dalamku. Perasaan senang dan deg2an langsung kurasakan saat mengetahui bahwa itu pertanda proses melahirkan tak lama lagi akan berlangsung. Seisi rumah pun langsung dibuat heboh, dan dengan pengalaman Yuk Anti kami memutuskan untuk tak langsung ke rumah sakit dan lebih baik menunggu pembukaan yang lebih lanjut. apalagi kontraksi juga belum terasa sangat kencang. Ibu memutuskan untuk tetap mengajar sambil terus mengontrol keadaanku by telpon. Waa rasanya ga sabaran melihat wajah bayi yang telah kukandung slama 9 bulan ini. Berharap pembukaan berjalan cepat, aku terus melakukan gerakan senam yang katanya mempercepat pembukaan. berdiri ...jongkook....berdiri...jongkok. Bosen senam ada ide untuk lebih produktif lagi..apalagi kalo bukan mencuci pakaian sambil jongkok, Tika yang excited mengetahui kalau akan ada adek yang segera lahir juga ikut2an membantu. Pukul setengah 3 siang akhirnya kami(aku, adek dan kakaku) memutuskan untuk mngontrol pembukaan ke praktek bidan yang tak juh dari rumah. Hasilnya baru pembukaan 3, bidan menawarkan untuk tinggal dan menunggu di tempat prakteknya, tetapi karena Askesku ada RS lain, maka kami memutuskan untuk segera ke RS Asia Medika tempat Askes yang akan menggung biaya RS bekerja sama.
Kamis, 06 Mei 2010
Kue-kue favorit Mas Ayis
Memasuki usia dua tahun, Mas Ayis nampaknya tak lagi anti dengan yang namanya makanan. Bahkan dengan modal nasi yang dibubuhi kecap dengan tempe atau telor dadar telah cukup membuatnya membuka mulut lebar2. Bahkan tak jarang dia sendiri yang meminta untuk makan. Alhamdulillah, jadi inget waktu saat2 pertama ngasi dia MPASI, mulutnya yang terkunci rapat kadang harus kucungkil2 dengan sendok makannya(sadisss : ) ) biar bubur yang kubuat sendiri dengan penuh kasih sayang bisa dirasakannya.
Kegiatan ngemil juga jadi kebiasaan barunya, tapi aku ga membiarkan dia ngemil jajanan sembarangan. Kebetulan baru pindah rumah baru dengan dapur lega, jadilah umi langsung pasang aksi. maklumlah selama ini kupikir tak satupun keahlian ibu terwariskan kepadaku. Mulai dari bikin kue, menghias kue, masak, menjahit dan keahlian kreatif lainnya rasanya sudah diborong oleh kakaku Yu' Anti. Karena dulu prestasiku lumayan bagus di sekolah mungkin Ibu memaklumi dan berfikir bahwa mungkin ke depannya anak keduanya ini bakal jadi wanita karir yang tak tau hal2 bgituan. Eh ternyata malah jadi Ibu Rumah Tangga juga, malu dong kalo ga kreatif!.
Balik ke Mas Ayis, karena nafsu makannya yang udah cukup besar aku berfikir untuk terus menyediakan cemilan sehat buatnya. Nah ini dia kue2 favoritnya.
Resep2nya tar diposting belakangan deh.
Kegiatan ngemil juga jadi kebiasaan barunya, tapi aku ga membiarkan dia ngemil jajanan sembarangan. Kebetulan baru pindah rumah baru dengan dapur lega, jadilah umi langsung pasang aksi. maklumlah selama ini kupikir tak satupun keahlian ibu terwariskan kepadaku. Mulai dari bikin kue, menghias kue, masak, menjahit dan keahlian kreatif lainnya rasanya sudah diborong oleh kakaku Yu' Anti. Karena dulu prestasiku lumayan bagus di sekolah mungkin Ibu memaklumi dan berfikir bahwa mungkin ke depannya anak keduanya ini bakal jadi wanita karir yang tak tau hal2 bgituan. Eh ternyata malah jadi Ibu Rumah Tangga juga, malu dong kalo ga kreatif!.
Balik ke Mas Ayis, karena nafsu makannya yang udah cukup besar aku berfikir untuk terus menyediakan cemilan sehat buatnya. Nah ini dia kue2 favoritnya.
- Kue Brownis kukus
- Kue brownis ketan item
- Martabak coklat
- Bubur sumsum
- Cake pisang
Resep2nya tar diposting belakangan deh.
Senin, 03 Mei 2010
Searching Asisten Rumah Tangga
Tak lama setelah mengetahui ada dua strip dari hasil testpackku alias hamil (lagi), mulailah searching asisten rumah tangga dimulai. Padahal pada hamil pertama, sebenarnya mertuaku yang praktis dan tidak pernah merasakan repotnya mengasuh anak tanpa bantuan seorang pembantu telah dengan baik hati menawarkan untuk mencarikan seorang pembantu yang akan membantuku mengasuh bayiku nanti. Dan dengan pede pula aku berkilah " Ga usah, Insya Allah bisa ngurus anak sendiri". Dan jadilah dari 3 bulan setelah pulang melahirkan dari Jambi diriku enjoy mengurus Mas Ayis sendiri, itupun merangkap pekerjaan rumah tangga lain.
Tapi jadi lain critanya kalo aku harus menghadapi Mas Ayis yang berumur 15 bulan (waktu itu) dan sedang aktif2nya bermain dan eksplorasi isi rumah dengan kondisiku yang hamil muda. Waduh jadi kasian sama Mas Ayis yang kadang jadi sasaran uminya yang lagi uring2an. Akhirnya diputuskanlah untuk mencari seorang asisten rumah tangga. Dan ternyata tidak semudah yang dibayangkan! searching yang dimulai dari 2 bulan kehamilan, kami baru dapat seorang asisten pada bulan kedelapan kehamilanku. Ya ampuuuuun kemana aja penduduk Jawa yang katanya hampir 100 juta itu?? apa pekerjaan seorang pembantu rumah tangga sudah tidak menarik lagi sehingga ga ada yang minat. Sudah berkali-kali ditawarin tetapi ada saja halangan yang membuat calon asisten tidak jadi bekerja. mulai dari suami yang ga memperbolehkan istrinya kerja jauh sampe sepupuku sendiri yang tidak ingin jauh dari ortunya di Jambi. Masalah ini ga jarang bikin aku sdikit banyak stress. Syukurnya kehamilanku ga terganggu sama sekali.
Dan inilah asisten rumah tanggaku yang pertama. Mbok Rebi namanya. Perawakannya gemuk, berkulit gelap dengan gaya bicara yang malu2. Mbok ini dikenalin sama langganan kateringku. Senangnya punya asisten, aku pun berusaha bikin dia betah di rumah dengan sering ngajak ngobrol. Suamiku juga berlaku demikian, bahkan dia lebih cerewet karena Mbok Rebi ini dari daerah Ngawi yang tak jauh dari kampung nya Abi di Madiun. Jadilah aku bengong sendiri kalo mereka berdua sedang ngobrol, wong aku ga ngerti kok.
Karena kerjaan yang tidak banyak dan luas rumah yang cuma secuil, jadilah si Mbok sering ga ada kerjaan, jadinya sering bobo siang, bagiku ga ada masalah slama kerjaannya beres. cuma Mas Ayis aja yang masih belum terbiasa sama si Mbok. Smua tak ada masalah. Hingga pada hari ke-5 kerja, sodaranya yang membawa dia ke Depok datang dan mengabarkan bahwa anaknya yang juga kerja di Jakarta ingin bicara melalui HP. Tak lama bicara di HP, si Mbok kemudian bilang kalo dia disuruh pulang oleh suaminya. Awal dateng sih, kami sempat nanya apakah suaminya membolehkan dia kerja. Waktu itu dia bilang suaminya mengizinkan. Lah kok sekarang malah nyuruh pulang?? alasannya suaminya ga betah ditinggal istrinya ...ohh so sweeeet. Memahami yang dirasakan suaminya akhirnya aku dan suamiku mengizinkan dia pulang, tentu saja dibekali upah sesuai hari kerja plus mukena kesayanganku yang dia minta untuk dibawa pulang. Nah hal terakhir inilah yang ternyata berhubungan dengan keputusannya mengundurkan diri bekerja dirumah kami.
Waktu pertama Si Mbok dateng, sudah masuk azan Zuhur, dengan spontan aku ngajak si Mbok sholat. " Mbok sholat dulu aja, bawa mukena ga?", dia jawab " Ga bawa Bu". Akhirnya kupinjamkanlah mukena kesayanganku hadiah pernikahan dari Ibu kontrakan. Aku selalu mengngatkannya untuk sholat setiap masuk waktu sholat. Malamnya, saat masuk ke kamar, aku melihat mukena masih sangat rapi seperti tidak pernah dipakai. Usut punya usut, ternyata si Mbok ini tidak pernah dan tidak bisa sholat. Saat kucritakan ini ke Abi, Abi menugaskanku untuk sholat bareng Mbok dan menjadi imam setiap sholat, setidaknya memberikan contoh gerakan solat bagi si Mbok. awalnya si Mbok menolak waktu kuajak sholat bareng, katanya dia pernah belajar sholat dan selalu sakit2an setelah belajar sholat. Tapi akhirnya dia mau juga. Dan kegiatan sholat berjamaah ini menjadi rutinitas setiap hari.
Setelah si Mbok tak bekerja lagi, Mbak Kiki yang memperkenalkanku dengan Si Mbok minta maap kalo si Mbok ternyata tidak betah. Ku bilang "Ga papa Mba, kalo emang suamiya ga boleh ya sudah", "Loh bukan ga boleh sama suaminya, Mba Ana, tapi katanya dia ga enak disuruh sholat terus sama Mba". Nah loh??? ternyata......
Tapi jadi lain critanya kalo aku harus menghadapi Mas Ayis yang berumur 15 bulan (waktu itu) dan sedang aktif2nya bermain dan eksplorasi isi rumah dengan kondisiku yang hamil muda. Waduh jadi kasian sama Mas Ayis yang kadang jadi sasaran uminya yang lagi uring2an. Akhirnya diputuskanlah untuk mencari seorang asisten rumah tangga. Dan ternyata tidak semudah yang dibayangkan! searching yang dimulai dari 2 bulan kehamilan, kami baru dapat seorang asisten pada bulan kedelapan kehamilanku. Ya ampuuuuun kemana aja penduduk Jawa yang katanya hampir 100 juta itu?? apa pekerjaan seorang pembantu rumah tangga sudah tidak menarik lagi sehingga ga ada yang minat. Sudah berkali-kali ditawarin tetapi ada saja halangan yang membuat calon asisten tidak jadi bekerja. mulai dari suami yang ga memperbolehkan istrinya kerja jauh sampe sepupuku sendiri yang tidak ingin jauh dari ortunya di Jambi. Masalah ini ga jarang bikin aku sdikit banyak stress. Syukurnya kehamilanku ga terganggu sama sekali.
Dan inilah asisten rumah tanggaku yang pertama. Mbok Rebi namanya. Perawakannya gemuk, berkulit gelap dengan gaya bicara yang malu2. Mbok ini dikenalin sama langganan kateringku. Senangnya punya asisten, aku pun berusaha bikin dia betah di rumah dengan sering ngajak ngobrol. Suamiku juga berlaku demikian, bahkan dia lebih cerewet karena Mbok Rebi ini dari daerah Ngawi yang tak jauh dari kampung nya Abi di Madiun. Jadilah aku bengong sendiri kalo mereka berdua sedang ngobrol, wong aku ga ngerti kok.
Karena kerjaan yang tidak banyak dan luas rumah yang cuma secuil, jadilah si Mbok sering ga ada kerjaan, jadinya sering bobo siang, bagiku ga ada masalah slama kerjaannya beres. cuma Mas Ayis aja yang masih belum terbiasa sama si Mbok. Smua tak ada masalah. Hingga pada hari ke-5 kerja, sodaranya yang membawa dia ke Depok datang dan mengabarkan bahwa anaknya yang juga kerja di Jakarta ingin bicara melalui HP. Tak lama bicara di HP, si Mbok kemudian bilang kalo dia disuruh pulang oleh suaminya. Awal dateng sih, kami sempat nanya apakah suaminya membolehkan dia kerja. Waktu itu dia bilang suaminya mengizinkan. Lah kok sekarang malah nyuruh pulang?? alasannya suaminya ga betah ditinggal istrinya ...ohh so sweeeet. Memahami yang dirasakan suaminya akhirnya aku dan suamiku mengizinkan dia pulang, tentu saja dibekali upah sesuai hari kerja plus mukena kesayanganku yang dia minta untuk dibawa pulang. Nah hal terakhir inilah yang ternyata berhubungan dengan keputusannya mengundurkan diri bekerja dirumah kami.
Waktu pertama Si Mbok dateng, sudah masuk azan Zuhur, dengan spontan aku ngajak si Mbok sholat. " Mbok sholat dulu aja, bawa mukena ga?", dia jawab " Ga bawa Bu". Akhirnya kupinjamkanlah mukena kesayanganku hadiah pernikahan dari Ibu kontrakan. Aku selalu mengngatkannya untuk sholat setiap masuk waktu sholat. Malamnya, saat masuk ke kamar, aku melihat mukena masih sangat rapi seperti tidak pernah dipakai. Usut punya usut, ternyata si Mbok ini tidak pernah dan tidak bisa sholat. Saat kucritakan ini ke Abi, Abi menugaskanku untuk sholat bareng Mbok dan menjadi imam setiap sholat, setidaknya memberikan contoh gerakan solat bagi si Mbok. awalnya si Mbok menolak waktu kuajak sholat bareng, katanya dia pernah belajar sholat dan selalu sakit2an setelah belajar sholat. Tapi akhirnya dia mau juga. Dan kegiatan sholat berjamaah ini menjadi rutinitas setiap hari.
Setelah si Mbok tak bekerja lagi, Mbak Kiki yang memperkenalkanku dengan Si Mbok minta maap kalo si Mbok ternyata tidak betah. Ku bilang "Ga papa Mba, kalo emang suamiya ga boleh ya sudah", "Loh bukan ga boleh sama suaminya, Mba Ana, tapi katanya dia ga enak disuruh sholat terus sama Mba". Nah loh??? ternyata......
Akhirnya memberantas kemalasan
Alhamdulilah, kesampean juga punya blog. Mudah2an ga bakal disia2in deh. Atas terlaksananya blog ini ucapan syukur dipanjatkan pada Allah SWT yang telah memberi hidayah-Nya sehingga kemalasan tak lagi betah berlama2 mampir dalam diriku. Kedua tentu saja kepada suamiku yang setiap bulan dengan ikhlas (?) menyisihkan sebagian penghasilannya untuk koneksi internet , yang kadang digunakan dengan kurang bertanggung jawab oleh istri tercintanya ini,hehehe, (Bi, FB-an kan juga silaturahim). Ketiga kepada dua balita kecilku yang tak henti2nya bikin crita tiap hari sehingga akan ada banyak bahan tulisan buat blog ini.mm...wait and see ya. Last but not least kepada Mbak Fitri, asisten rumah tangga yang paling lama bertahan (sejauh ini akan gajian bulan pertama) yang dengan rela direpotin mas ayis selagi uminya asik internetan. hihihi.
Rencananya blog ini akan jadi ajang berkreasi buatku, ga tau deh tar jadinya kaya apa. mudah2an tetap akan menjadi pembelajaran dan pengayaan bagi diri dan keluargaku. Amiiiin. Dan mari kita mulai. Bismillah.........
Rencananya blog ini akan jadi ajang berkreasi buatku, ga tau deh tar jadinya kaya apa. mudah2an tetap akan menjadi pembelajaran dan pengayaan bagi diri dan keluargaku. Amiiiin. Dan mari kita mulai. Bismillah.........
Langganan:
Postingan (Atom)